Perancangan Instalasi Pengolahan Limbah ( Limbah Industri Tekstil )
BAB I
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sector industri. Industri yang diandalkan salah satunya adalah industri tekstil. Dalam proses industri tekstil limbah pasti akan dihasilkan. Selain itu proses industri tekstil membawa dampak, yakni adanya limbah cair yang berasaldari proses industri tekstil. Limbah cair menimbulkan polusi air yang menyebabkan ekosistem diperairan menjadi tidak seimbang. Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari air serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya hingga limbah cair memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Memanfaatkan kembali sisa-sisa limbah padat dan cair yakni seperti sisa minyak dan sisa kain juga dapat dilakukan agar tidak menambah penghasilan sampah. Jadi, limbah tekstil cair selain menyebabkan ekosistem di perairan menjadi tidak seimbang juga menghasilkan limbah cair yang menimbulkan polusi air.
Di sisi lain, pembangunan industri tekstil yang kebanyakan terletak di daerah aliransungai (DAS) telah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan lingkungan. Kebanyakan industri tekstil di Indonesia belum mengoptimalkan instalasi pengolahanlimbahnya, kebanyakan industri tersebut membuang limbahnya pada DAS. Hal tersebut tentu saja dapat mengurangi kualitas lingkungan, khususnya air dan tanah. Permasalahan yang timbul akibat buangan limbah industi tersebut umumnya meliputi masalah Biochemical Oxygen Demand (BOD),Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan logam berat seperti Co, Cr, dan Zn yang berada dalam konsentrasi yang sangat tinggi dan bahkan melebihi konsentrasi ambang batas yang diperbolehkan menurut KEPMENKLH No.4 th. 2002.
BAB II
Pembahasan
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.
II.I Proses Pembuatan Tekstil
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.
II.II Sumber Limbah
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
II.III Jenis Limbah
1. Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
2. Hidrokarbon terhalogenasi ( dari proses dressing dan finishing ).
3. Pigmen, zat warna dan pelarut organik.
4. Tensioactive ( surfactant ).
2. Hidrokarbon terhalogenasi ( dari proses dressing dan finishing ).
3. Pigmen, zat warna dan pelarut organik.
4. Tensioactive ( surfactant ).
II.IV Pengolahan Limbah
Pada pengolahan limbah cair industri tekstil dapat melalui beberapa tahapan mulai dari air sisa produksi dyeing (Influent) sampai air hasil pengolahan (Efluent). Proses pengolahan limbah cair atau instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Hanil Indonesia
Keterangan gambar:
1. Air limbah produksi ( influent ).
2. Cooling Tower adalah tempat atau menara pendingin limbah cair dari sisa produksi dyeing.
2. Cooling Tower adalah tempat atau menara pendingin limbah cair dari sisa produksi dyeing.
3. Equalization Basin adalah bak equalisasi atau bak penampungan air limbah.
4. Coagulation Basin adalah bak tempat terjadinya pemisahan kotoran-kotoran yang halus ( partikel- partikel tersuspensi maupun koloid ) yang menyebabkan warna dan kekeruhan dalam limbah cair dengan penambahan zat penggumpal ( koagulan ).
5. Flocculation Basin adalah tempat atau bak pembentukan flock - flock / memperbesar kotoran dengan penambahan polimer.
6. Dissolve Air Flotator ( DAF ) adalah tempat terjadinya pemisahan antara limbah padat ( sludge ) yang berbentuk seperti busa dengan air yang jernih dengan bantuan skum skimmer yang dibantu oleh pressure tank yang membuat limbah padat dapat berada diatas permukaan air.
7. Sludge Storage Basin adalah tempat penampungan limbah padat ( sludge ) dari DAF dan sisa lumpur aktif yang rusak/mengandung bakteri yang sudah mati dari settler.
8. Belt Press adalah alat untuk mengepress sludge dengan bantuan polimer yang berfungsi untuk merekatkan sludge, dari proses ini akan dihasilkan sludge padat.
9. Bak penampung, untuk menampung sludge padat.
10. First Treated Water Basin ( tempat penampungan air dari DAF dimana sisa limbah akan diuraikan oleh bakteri ).
4. Coagulation Basin adalah bak tempat terjadinya pemisahan kotoran-kotoran yang halus ( partikel- partikel tersuspensi maupun koloid ) yang menyebabkan warna dan kekeruhan dalam limbah cair dengan penambahan zat penggumpal ( koagulan ).
5. Flocculation Basin adalah tempat atau bak pembentukan flock - flock / memperbesar kotoran dengan penambahan polimer.
6. Dissolve Air Flotator ( DAF ) adalah tempat terjadinya pemisahan antara limbah padat ( sludge ) yang berbentuk seperti busa dengan air yang jernih dengan bantuan skum skimmer yang dibantu oleh pressure tank yang membuat limbah padat dapat berada diatas permukaan air.
7. Sludge Storage Basin adalah tempat penampungan limbah padat ( sludge ) dari DAF dan sisa lumpur aktif yang rusak/mengandung bakteri yang sudah mati dari settler.
8. Belt Press adalah alat untuk mengepress sludge dengan bantuan polimer yang berfungsi untuk merekatkan sludge, dari proses ini akan dihasilkan sludge padat.
9. Bak penampung, untuk menampung sludge padat.
10. First Treated Water Basin ( tempat penampungan air dari DAF dimana sisa limbah akan diuraikan oleh bakteri ).
11. Aeration Basin ( bak aerasi yang mengandung bakteri yang menguraikan warna ).
12. Settler adalah tempat pemisahan lumpur aktif dengan air hasil olahan.
13. Effluent ( bak penampung air yang sudah bersih, keluar melalui flow meter ).
14. Sungai.
12. Settler adalah tempat pemisahan lumpur aktif dengan air hasil olahan.
13. Effluent ( bak penampung air yang sudah bersih, keluar melalui flow meter ).
14. Sungai.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hal yang telah dikemukan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
- Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.
- Limbah industri tekstil dihasilkan pada proses atau pembuatan bahan jadi yang dalam proses pembuatannya menggunakan pewarna yang dapat mencemari lingkungan dengan tingkat kereaktifan yang berbeda-beda.
- Karakteristik dari limbah industry tekstil dapat dilihat dari karakteristik kimia, fisik serta biologisnya.
- Umumnya jenis dan golongan limbah industri tekstil hanya bergantung pada jenis zat warna yang digunakan. Zat warna yang sering digunkan dalam proses industry adalah zat warna azo dan turunan dari benzene.
DAFTAR PUSTAKA
http://mazwahyou.page.tl/KIMIA-LINGKUNGAN.htm
http://loveriasigit.blogspot.co.id/2013/09/pengolahan-limbah-industri-tekstil.html
https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/
http://task-list.blogspot.co.id/2008/03/pengolahan-dan-pemanfaatan-limbah.html