Minggu, 05 November 2017

ETIKA PROFESI



TUGAS ETIKA PROFESI

          1.       Etika dari Bahasa Yunani dalam pengertian saya adalah
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Suatu kebiasaan yang menjadi dasar pandangan suatu individu yang memiliki parameter dan nilai tertentu terhadap sesuatu yang baik dan sesuatu yang tidak baik.
2.       Hubungan antara moral dan etika adalah moral adalah
pernyataan objektif dari etika, karena etika adalah pandangan suatu individu yang nantinya etika akan menjadi dasar nilai-nilai moral individu tersebut.
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lainnya.
   Dilihat dari pengertian etika diatas, etika hampir sama dengan pengertian moralitas. Moralitas berasal dari kata Latin mos, yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Arti secara harafiah yaitu etika dan moralitas sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah di institusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana baiknya sebuah kebiasaan. Etika dan moralitas memberi petunjuk konkret tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik sebagai manusia begitu saja, kendati petunjuk konkret itu bisa disalurkan melalui dan bersumber dari agama dan kebudayaan tertentu.

  1. Tujuan pokok dan rumusan dalam code of conduct:
a.     Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,            institusi, dan masyarakat pada umumnya
b.   Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan
c.    Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu
d.  Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya
e.  Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi
f.     Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya

Kamis, 12 Oktober 2017

STUDI KASUS PENYEBAB TERJADINYA CACAT PADA HASIL PENGECORAN LOGAM



Penyebab Terjadinya Cacat Pada Hasil Pengecoran Logam

Pengecoran logam adalah salah satu metode dalam pembentukan material dimana logam dicairkan didalam tungku (crucible) dan dituang ke dalam inti cetakan (core) yang sesuai dengan pola (pattern) dari produk yang diinginkan.

Salah satu metode pengecoran yang banyak digunakan adalah metode sand casting. Dimana metode ini menggunakan pasir sebagai media untuk cetakannya, pasir dalam metode pengecoran ini pun ada beberapa jenis antara lain,  pasir silica, pasir zircon, pasir olivine.


Gambar 1. Skema Metode Sand Casting
Pasir yang digunakan dalam metode ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
  1. Mampu terhadap suhu tinggi.
  2. Memiliki sifat permeabilitas yang baik.
  3. Ekonomis
  4.   Mampu reuse.
  5. Mampu bentuk.
  6.  Distribusi butir pasir yang baik.
Dalam pelaksanaannya pengecoran dengan metode sand casting memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
  1.  Membuat pola sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan.
  2. Menyiapkan pasir yang akan digunakan sebagai media cetak.
  3. Melakukan peleburan material hingga mencapai temperatur liquidusnya.
  4.  Melakukan tapping (proses penuangan logam cair dari tungku menuju ladle).
  5. Melakukan proses pouring (proses penuangan logam cair dari ladle menuju cetakan).
  6. Melakukan pembongkaran pasir apabila material sudah solid secara sempurna.
Hasil coran sangat berpengaruh terhadap beberapa hal, antara lain:
  1. Bentuk pola.
  2. Sistem saluran (gatting system).
  3. Pasir cetak.
  4. Proses peleburan dan penuangan.
Tetapi dalam beberapa kasus, produk hasil coran mengalami cacat (discontinuity) yang nantinya akan berpengaruh terhadap sifat dari material tersebut, berikut adalah jenis-jenis cacat yang dapat terjadi pada produk hasil pengecoran logam dan pencegahannya:

1    1. Cacat ekor tikus
    Merupakan cacat pada permukaan dari produk hasil pengecoran.


Gambar 2. Cacat Ekor Tikus

Cacat ini dapat diesebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a.       Temperature penuangan yang teralu tinggi.
b.      Lambatnya proses tapping dan pouring.
c.       Pasir yang tidak tahan terhadap panas.
d.      Letak saluran turun (sprue) yangh tidak tepat
Untuk mencegah terjadinya cacat ekor tikus pada produk hasil coran, maka dapat melakukan hal-hal berikut ini:
a.       Memastikan temperature yang stabil pada saat penuangan.
b.      Memilih pasir yang sesuai dengan material yang dicor.
c.       Melakukan proses tapping dan pouring yang tepat.

      1. Crack
  Crack dapat disebabkan oleh karena terjadinya penyusutan pada material yang dicor yang diakibatkan oleh tidak seimbangnya proses proses pembekuan pada material tesebut.
 

Gambar 3. Crack

Crack disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu:
a.       Sistem saluran yang tidak tepat.
b.      Terjadinya pemuaian pada cetakan.
c.       Perbedaan ketebalan dinding cetakan.

Untuk mencegak crack pada produk hasil coran, maka dapat melakukan beberapa hal berikut, antara lain:
a.       Memastikan lama waktu penuangan yang tepat.
b.      Memastikan logam telah membeku dengan sempurna didalam cetakan.
c.       Memastikan cetakan memiliki ketebalan dinding yang merata.

      3. Cacat salah alir
   Hal ini disebakan logam cair tidak cukup untuk mengisi rongga cetakan, biasanya terjadi karena terjadinya pembekuan yang lebih cepat pada logam cair yang menyebabkan terjadinya penyumbatan. 


Gambar 4. Cacat Salah Alir

Cacat salah alir diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain:
a.       Laju penuangan yang lambat.
b.      Adanya rongga udara pada cetakan.
c.       Posisi riser yang tidak tepat.
Untuk mencegah cacat salah alir maka dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
a.       Laju penuangan yang cepat.
b.      Perencanaan sistem saluran yang tepat.
c.       Memilih pasir dengan permeabilitas yang baik.

      4.  Porosity
   Porosity merupakan cacat pada produk hasil pengecoran yang disebabkan karena adanya gas yang terperangkap pada hasil coran tersebut, sehingga dapat mengurangi sifat mekanis dari material tersebut.

Gambar 5. Porosity

Unutuk mencegah terjadinya porosity pada hasil pengecoran, maka dapat menambahkan flux, berikut adalah jenis-jenis flux, antara lain:
a.       Covering  fluxes
Berguna untuk menghilangkan gas hydrogen yang terperangkap pada material pada saat peleburan.
b.      Cleaning fluxes
Untuk membersihkan senyawa non metallic pada saat pengecoran.
c.       Degassing fluxes
Menghilangkan gas lain yang terperangkap pada saat pengecoran.
d.      Drossing fluxes
Untuk menghilangkan efek drosses pada benda hasil pengecoran.